Senin, 08 Juli 2013

Cerpen bahasa indonesia



Dari lembaran koran menjadi sebuah mesin

Karya: Arief rifai
Kelas: XI IPA 1

Pagi hari disebuah desa Di Bandung, ada seorang anak kecil yang hidup di keluarga sederhana, Namanya Anto, dia berumur 5 tahun. ketika anak – anak seusia dia pergi sekolah, ia masih membantu kedua orang tuanya. Pukul 08.00 pagi pun berbunyi, ia segera bergegas menuju sebuah stasiun kereta untuk menjajahkan koran, ”nak, apabila engkau ingin seperti mereka berusahalah dengan sebaik mungkin dan belajarlah dari kehidupan” kata ibunya sambil menengok kearah anak – anak yang pergi ke sekolah. ”Ia bu, aku akan belajar sebaik mungkin walaupun saya tidak sekolah” ujar si anak tersebut.
Sesampai di stasiun anak itu menjajahkan koran dengan lugunya, ”koran – koran,, ayo bu!, pak!, siapa yang mau membeli koran” . tiba – tiba ada seorang bapak yang berpakaian rapi mendatanginya. ”dik, koranya berapa?” kata bapak itu, ”lima ribu pak!” ujar anak itu. ”dik, kenapa adik tidak sekolah?, kata bapak, ”saya anak orang nggak mampu pak, jadi  orang tua saya tidak mampu membiayai saya untuk bisa sekolah” kata anak itu sambil menundukkan kepala.”ohhh, ya sudah kalau begitu, adik jangan bersedih ya, tapi kalau adik pintar, adik juga bisa kok sekolah, waupun adik tidak punya biaya” kata bapak itu sambil mengelus kepala anak itu.
Hari pun sudah sore, anak itu pulang dengan membawa koran yang masih tersisa, anak itu tak kenal lelah, walaupun panas terik matahari menyengat ditubuhnya, keringat pun bercucuran memenuhi tubuh kecilnya itu. Akhirnya anak itu sampai di rumah, ia pun menceritakan pengalaman kepada ibunya saat berdagang di stasiun tadi, ”bu, tadi aku bertemu seorang bapak di stasiun tempat aku jualan koran, dan diapun berkata” kalau adik pintar, adik juga bisa kok sekolah, waupun adik tidak punya biaya”.
Semoga saja omongan bapak itu bisa terkabul nak kata ibunya. Di dalam kamarnya Anto berdoa supaya suatu hari nanti ia bisa menjadi seorang yang terkenal dan bisa mencukupi keluarganya.
            Tiba – tiba di pagi hari seseorang mengetuk pintu rumahnya, Anto pun membukakan pintu itu. Dan dia pun kaget ternyata itu adalah bapak yang kemarin di stasiun tadi. Dia pun menyuruh bapak itu untuk masuk dan mempersilahkan untuk duduk. ”oh ya maaf dek saya pagi pagi kesini” katanya. ”tidak apa apa pak saya juga dari tadi sudah bangun” kata Anto. ”maaf pak !, ngomong ngomong bapak kesini mau apa yah?”. ”oh ya maaf kenalin dulu dek nama saya Herman” kata bapak itu. ”saya Anto pak !!. ”hmmmm, gini to, melihat semangatmu kemarin menjajahkan koran saya sangat bangga tapi bagaimana kalau semgat tinggi itu jangan digunakan untuk menjajahkan koran melainkan untuk mencari ilmu”. Anto pun kaget dan berfikir.”maksud bapak gimana yah?” kata Anto. ”hmmm,begini to, gimana kalau kamu saya jadikan anak angkat?”. Anto pun kaget mendengar perkataan itu ”tapi bentar dulu pak, saya mau manggil ibu sya dulu, bu ! ibu !” teriak Anto. ”ada apa nak, pagi pagi kok teriak teriak” kata ibunya. ”kenalin bu nama saya Herman, begini bu, saya sangat kasihan melihat anto kemarin menjajahkan koran di saat yang lain bersekolah, gimana kalau saya menjadikan Anto sebagai anak angkat saya untuk menjadi seorang yang sukses di kemudian hari” kata Herman. Ibunya pun menggenggan tangan Herman dan ia menangis dengan terseduh seduh ”terima kasih pak !”. ”iya bu, sama sama”. Setelah ibunya Anto dan Herman bebicara panjang lebar. Akhirnya Anto pergi bersama Herman untuk dijadikan anak angkatnya supaya ia bisa bersekolah dan menjadi orang sukses suatu hari nanti. Akhirnya sampai di rumahnya pak Herman yang berletak di Bogor. Anto pun dikenalain sama anaknya pak Herman yang bernama Budi, ”Budi kenalin nak ini Anto, anak yang bapak ceritain kemarin” kata Herman, ”ohh, iya pak, kenalin saya Budi” kata Budi sambil mengulurkan tanganya kepada Anto. ”saya Anto ” kata Anto sambil mengulurkan tanganya juga. Setelah berkenalan dengan anaknya pak Heman, Anto diajak keliling ke rumahnya, ia terlihat bengong ketika diajak keliling rumah, karena ia baru sekarang merasakan rumah yang indah, megah, dan seluas ini. Besoknya Anto di suruh bersekolah sama Budi, karena umur mereka berdua hampir sama, maka Herman pun menyekolahkan Anto pada satu sekolah sma Budi, mereka bersekolah di Sman 1 Bogor. Disekolah Anto sangat antusias untuk belajar, Begitu juga dengan Budi. Mereka berdua sangat bersaing untuk menjadi yang terbaik. Anto sangat suka sekali pada pelajaran yang menyangkut dengan perhitungan, tetapi Budi kurang meminati pada bidang perhitungan. Ia sangat menyukai bidang bahasa. Waktu terus berlalu, sampai pada saat ujian nasional, mereka berdua masih terus bersaing, mereka bangun pagi pagi untuk belajar  bersama. Akhirnya waktu yang ditungu tunggu datang yaitu pengumuman hasil kelulusan. Mereka berdua sangat deg degan dan khawatir. Dan akhirya mereka berduapun lulus dengan nilai sempurna, tetapi pada saat kuliah mereka berdua berbeda jurusan dan tidak satu kampus.
 Anto kuliah di UGM dan mengambil jurusan teknik mesin, dan Budi kuliah di UI ia mengambil jurusan sastra inggris. Anto adalah mahsiswa yang cerdas, ia sangat aktif dalam belajar, biarpun ia mendapatkan tugas yang sangat berat tetapi ia tak pernah mengeluh, pernah suatu hari ketika ia mendapat tugas dari dosenya ia tidak tidur semalem. Tetapi berkat kegigihan dan kesungguhanya itu Anto mendapatkan IPK yang sangat sempurna yaitu 35.00, setelah sebulan lulus dari kuliah, Anto mendapatkan kabar sari dosenya bahwa ia akan dikirim keluar negeri, Anto pun bergegas untuk pergi ke Bandung lagi dan ingin berpamitan kepada ibunya supaya ia mendapatkan restu dari ibunya. Ia pergi ke Bandung bersama Herman. Sesampai di desa tempat lahirnya Anto segera menemui ibunya, ”ibuuu!!!” teriak Anto. ”Antooo !!!” teriak ibunya dari dalam sebuah rumah yang sederhana. Ia kemudian saling berpelukan setelah sekian lama mereka berdua tidak bertemu. ”maaf bu, saya kesini ingin memberitahukan pada ibu bahwa Anto akan di berangkatkan keluar negeri untuk bekerja sama dengan perusahaan mobil ternama, dan Anto juga ingin berpamitan dan meminta restu kepada ibu” kata Heman. ”alhamdulillah ya nak, akhirnya cita cita kamu sekarang bisa tercapai” kata ibunya dengan muka yang penuh air mata.”iya bu, alhamdulillah, sekarang saya sudah lulus dan akan di berangkatkan keluar negeri, apakah ibu akan mengizinkan saya untuk pergi keluar negeri bu??” kata Anto sambil bertekuk lutut pada ibunya. ”ya nak, ibu mengizinkanya dan ibu akan memberikan doa yang terbaik untuk kamu”. Setelah mendapat izin dan restu dari ibunya Anto pergi kembali ke Jakarta. Dalam perjalanan pulang Anto berdoa supaya ia mendapatkan lapangan pekerjaan yang halal dan cukup untuk memenuhi hidunya di luar negeri nanti. Akhirnya hari yang ditunggu tunggu Anto pun tiba, ia bersama dosenya terbang keluar negeri yaitu ke Jeman, ia akan bekerja sama dengan salah satu perusahaan mobil yang sangat populer yaitu Ford. Sesampainya di Jerman Anto di perkenalkan bersama manager dari perusahaan tersebut. Ia kemudian langsung menuju ke lapangan, Anto melihat mesin mesin yang canggih dan mewah. Suatu hari perusahaan tersebut ingin membuat mobil yang efisien dan ramah lingkungan. Anto pun kemudian di tugaskan untuk menjadi salah satu dari teknisi untuk menciptakan mobil tersebut. Anto pun berfikir dan sampai ia tidak bisa tidur.”gimana jika proyek ini akan gagal” katanya dalam hati. Tapi Anto terus bersih keras untuk berfikir keras dan percaya diri. Akhirnya tiba untuk persaingan teknisi mesin, Anto mendapatkan giliran terakhir untuk membuat mesin efisien tersebut. Dan tiba saatnya giliran Anto untuk menciptakan idenya, tiba tiba salah seorang pengecek mesin berkata pada Anto. ”Good job son !!!” katanya. Anto pun tidak percaya akan hal ini, akhirnya mesin yang ia ciptakan di terima oleh perusahaan tersebut, dan dengan segera perusahaan tersebut memproduksi mesin itu secara masal dari tahun ketahun. Kini Anto buakan seorang penjajah koran lagi. Tetapi sekarang ia adalah seorang teknisi mesin yang sangat cerdas dan ulet. Sekarang ia bisa menghidupi keluarganya dan ia ingin bertekad untuk membawa semua keluarganya ke Jerman untuk berkumpul bersama lagi.

Tidak ada komentar: