Dari lembaran koran menjadi
sebuah mesin
Karya: Arief rifai
Kelas: XI IPA 1
Pagi hari disebuah desa Di Bandung, ada seorang
anak kecil yang hidup di keluarga sederhana, Namanya Anto, dia berumur 5 tahun.
ketika anak – anak seusia dia pergi sekolah, ia masih membantu kedua orang
tuanya. Pukul 08.00 pagi pun berbunyi, ia segera bergegas
menuju sebuah stasiun kereta untuk menjajahkan koran, ”nak, apabila engkau
ingin seperti mereka berusahalah dengan sebaik mungkin dan belajarlah dari
kehidupan” kata ibunya sambil menengok kearah anak – anak yang pergi ke
sekolah. ”Ia bu, aku akan belajar sebaik mungkin walaupun saya tidak sekolah”
ujar si anak tersebut.
Sesampai di stasiun anak itu menjajahkan koran
dengan lugunya, ”koran – koran,, ayo bu!, pak!, siapa yang mau membeli koran” .
tiba – tiba ada seorang bapak yang berpakaian rapi mendatanginya. ”dik, koranya
berapa?” kata bapak itu, ”lima ribu pak!” ujar anak itu. ”dik, kenapa adik
tidak sekolah?, kata bapak, ”saya anak orang nggak mampu pak, jadi orang tua saya tidak mampu membiayai saya
untuk bisa sekolah” kata anak itu sambil menundukkan kepala.”ohhh, ya sudah
kalau begitu, adik jangan bersedih ya, tapi kalau adik pintar, adik juga bisa
kok sekolah, waupun adik tidak punya biaya” kata bapak itu sambil mengelus
kepala anak itu.
Hari pun sudah sore, anak itu pulang dengan
membawa koran yang masih tersisa, anak itu tak kenal lelah, walaupun panas
terik matahari menyengat ditubuhnya, keringat pun bercucuran memenuhi tubuh
kecilnya itu. Akhirnya anak itu sampai di rumah, ia pun menceritakan pengalaman
kepada ibunya saat berdagang di stasiun tadi, ”bu, tadi aku bertemu seorang
bapak di stasiun tempat aku jualan koran, dan diapun berkata” kalau adik
pintar, adik juga bisa kok sekolah, waupun adik tidak punya biaya”.
Semoga saja omongan bapak itu bisa terkabul nak kata ibunya. Di dalam
kamarnya Anto berdoa supaya suatu hari nanti ia bisa menjadi seorang yang
terkenal dan bisa mencukupi keluarganya.
Tiba – tiba di pagi hari
seseorang mengetuk pintu rumahnya, Anto pun membukakan pintu itu. Dan dia pun
kaget ternyata itu adalah bapak yang kemarin di stasiun tadi. Dia pun menyuruh
bapak itu untuk masuk dan mempersilahkan untuk duduk. ”oh ya maaf dek saya pagi
pagi kesini” katanya. ”tidak apa apa pak saya juga dari tadi sudah bangun” kata
Anto. ”maaf pak !, ngomong ngomong bapak kesini mau apa yah?”. ”oh ya maaf
kenalin dulu dek nama saya Herman” kata bapak itu. ”saya Anto pak !!. ”hmmmm,
gini to, melihat semangatmu kemarin menjajahkan koran saya sangat bangga tapi
bagaimana kalau semgat tinggi itu jangan digunakan untuk menjajahkan koran
melainkan untuk mencari ilmu”. Anto pun kaget dan berfikir.”maksud bapak gimana
yah?” kata Anto. ”hmmm,begini to, gimana kalau kamu saya jadikan anak angkat?”.
Anto pun kaget mendengar perkataan itu ”tapi bentar dulu pak, saya mau manggil
ibu sya dulu, bu ! ibu !” teriak Anto. ”ada apa nak, pagi pagi kok teriak
teriak” kata ibunya. ”kenalin bu nama saya Herman, begini bu, saya sangat
kasihan melihat anto kemarin menjajahkan koran di saat yang lain bersekolah,
gimana kalau saya menjadikan Anto sebagai anak angkat saya untuk menjadi
seorang yang sukses di kemudian hari” kata Herman. Ibunya pun menggenggan
tangan Herman dan ia menangis dengan terseduh seduh ”terima kasih pak !”. ”iya
bu, sama sama”. Setelah ibunya Anto dan Herman bebicara panjang lebar. Akhirnya
Anto pergi bersama Herman untuk dijadikan anak angkatnya supaya ia bisa
bersekolah dan menjadi orang sukses suatu hari nanti. Akhirnya sampai di
rumahnya pak Herman yang berletak di Bogor. Anto pun dikenalain sama anaknya
pak Herman yang bernama Budi, ”Budi kenalin nak ini Anto, anak yang bapak
ceritain kemarin” kata Herman, ”ohh, iya pak, kenalin saya Budi” kata Budi
sambil mengulurkan tanganya kepada Anto. ”saya Anto ” kata Anto sambil mengulurkan
tanganya juga. Setelah berkenalan dengan anaknya pak Heman, Anto diajak
keliling ke rumahnya, ia terlihat bengong ketika diajak keliling rumah, karena
ia baru sekarang merasakan rumah yang indah, megah, dan seluas ini. Besoknya
Anto di suruh bersekolah sama Budi, karena umur mereka berdua hampir sama, maka
Herman pun menyekolahkan Anto pada satu sekolah sma Budi, mereka bersekolah di
Sman 1 Bogor. Disekolah Anto sangat antusias untuk belajar, Begitu juga dengan
Budi. Mereka berdua sangat bersaing untuk menjadi yang terbaik. Anto sangat
suka sekali pada pelajaran yang menyangkut dengan perhitungan, tetapi Budi
kurang meminati pada bidang perhitungan. Ia sangat menyukai bidang bahasa.
Waktu terus berlalu, sampai pada saat ujian nasional, mereka berdua masih terus
bersaing, mereka bangun pagi pagi untuk belajar
bersama. Akhirnya waktu yang ditungu tunggu datang yaitu pengumuman
hasil kelulusan. Mereka berdua sangat deg degan dan khawatir. Dan akhirya
mereka berduapun lulus dengan nilai sempurna, tetapi pada saat kuliah mereka
berdua berbeda jurusan dan tidak satu kampus.
Anto kuliah
di UGM dan mengambil jurusan teknik mesin, dan Budi kuliah di UI ia mengambil
jurusan sastra inggris. Anto adalah mahsiswa yang cerdas, ia sangat aktif dalam
belajar, biarpun ia mendapatkan tugas yang sangat berat tetapi ia tak pernah
mengeluh, pernah suatu hari ketika ia mendapat tugas dari dosenya ia tidak
tidur semalem. Tetapi berkat kegigihan dan kesungguhanya itu Anto mendapatkan
IPK yang sangat sempurna yaitu 35.00, setelah sebulan lulus dari kuliah, Anto
mendapatkan kabar sari dosenya bahwa ia akan dikirim keluar negeri, Anto pun
bergegas untuk pergi ke Bandung lagi dan ingin berpamitan kepada ibunya supaya
ia mendapatkan restu dari ibunya. Ia pergi ke Bandung bersama Herman. Sesampai
di desa tempat lahirnya Anto segera menemui ibunya, ”ibuuu!!!” teriak Anto.
”Antooo !!!” teriak ibunya dari dalam sebuah rumah yang sederhana. Ia kemudian
saling berpelukan setelah sekian lama mereka berdua tidak bertemu. ”maaf bu, saya
kesini ingin memberitahukan pada ibu bahwa Anto akan di berangkatkan keluar
negeri untuk bekerja sama dengan perusahaan mobil ternama, dan Anto juga ingin
berpamitan dan meminta restu kepada ibu” kata Heman. ”alhamdulillah ya nak,
akhirnya cita cita kamu sekarang bisa tercapai” kata ibunya dengan muka yang
penuh air mata.”iya bu, alhamdulillah, sekarang saya sudah lulus dan akan di
berangkatkan keluar negeri, apakah ibu akan mengizinkan saya untuk pergi keluar
negeri bu??” kata Anto sambil bertekuk lutut pada ibunya. ”ya nak, ibu
mengizinkanya dan ibu akan memberikan doa yang terbaik untuk kamu”. Setelah
mendapat izin dan restu dari ibunya Anto pergi kembali ke Jakarta. Dalam
perjalanan pulang Anto berdoa supaya ia mendapatkan lapangan pekerjaan yang
halal dan cukup untuk memenuhi hidunya di luar negeri nanti. Akhirnya hari yang
ditunggu tunggu Anto pun tiba, ia bersama dosenya terbang keluar negeri yaitu
ke Jeman, ia akan bekerja sama dengan salah satu perusahaan mobil yang sangat
populer yaitu Ford. Sesampainya di Jerman Anto di perkenalkan bersama manager
dari perusahaan tersebut. Ia kemudian langsung menuju ke lapangan, Anto melihat
mesin mesin yang canggih dan mewah. Suatu hari perusahaan tersebut ingin
membuat mobil yang efisien dan ramah lingkungan. Anto pun kemudian di tugaskan
untuk menjadi salah satu dari teknisi untuk menciptakan mobil tersebut. Anto
pun berfikir dan sampai ia tidak bisa tidur.”gimana jika proyek ini akan gagal”
katanya dalam hati. Tapi Anto terus bersih keras untuk berfikir keras dan
percaya diri. Akhirnya tiba untuk persaingan teknisi mesin, Anto mendapatkan
giliran terakhir untuk membuat mesin efisien tersebut. Dan tiba saatnya giliran
Anto untuk menciptakan idenya, tiba tiba salah seorang pengecek mesin berkata
pada Anto. ”Good job son !!!” katanya. Anto pun tidak percaya akan hal ini,
akhirnya mesin yang ia ciptakan di terima oleh perusahaan tersebut, dan dengan
segera perusahaan tersebut memproduksi mesin itu secara masal dari tahun
ketahun. Kini Anto buakan seorang penjajah koran lagi. Tetapi sekarang ia
adalah seorang teknisi mesin yang sangat cerdas dan ulet. Sekarang ia bisa
menghidupi keluarganya dan ia ingin bertekad untuk membawa semua keluarganya ke
Jerman untuk berkumpul bersama lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar